setidaknya, satu selesai itu lebih baik daripada tidak ada yang selesai sama sekali
Haha..Oke. Saya sedang menikmati hari-hari yang berkebut-kebutan dengan lautan tugas, laporan, dan tanggung (men)jawab UKM. Kurang ajar sekali diri ini yang terus menerus menganggap bahwa diri ini adalah korban. Tuhan telah memberikan banyak hal pada saya, dan tentu saja saya menerimanya. Hanya saja, terlalu banyak hal yang sekiranya luput dari perjuangan. Sekiranya itu memang baik buat saya, tentu sudah saya perjuangkan. Namun, mental ini ternyata masih mental gepeng. Gelandangan dan pengemis. Kaum proletar. Menunggu untuk diberi, apapun itu akan diterima. Ah, naas. Untuk hal yang diimpikan pun saya belum benar-benar memperjuangkannya sepenuh hati saya. Dan sekarang, tumpukan tugas yang selalu saya hindari pada akhirnya hanya ikut terseret-seret pada sendal jepit butut saya, menunggu untuk dilepaskan satu persatu. Yah, hal itu memang dengan sengaja dan sepenuh kesadaran saya saya abaikan. Namun, saya belum memiliki mental sebesar seorang kawan saya yang secara terang-terangan memperlihatkan pemberontakan terhadap apa yang dia kerjakan. Belum. Saya masih memelas mengharap kebaikan orang atas dalih prokrastinasi yang terus menerus saya lontarkan. How pity! (more…)